BUCOK : DENGAN SEGALA KEARIFAN LOKALNYA
Sahrul Ramadan - Akuntansi 017
"Wahai
orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang sebelum, agar kamu bertakwa" (Q.S Al-Baqarah: 183). Anjay, udah
mirip ustad yang sering nongol di Tv aja.
Dari
12 nama bulan dalam kalender masehi, bulan Desember adalah bulan yang penuh
makna dan sarat akan arti.
Eh, itukan bulan waktu
saya ditendang keluar dari rahim
mamak saya, hahaha.
Dalam tahun hijriah, bulan ramadhan
adalah salah satu bulan yang banyak dinantikan oleh seluruh umat islam diseluruh
pelosok di dunia, tak terkecuali negara ini. Euforia semangat menyambut ramadhan
dirasakan seluruh kalangan, mulai dari
anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.
Semuanya sama-sama
menyambut dengan penuh rasa suka cita. Ohhh
iyaa, kalau mau lihat keadaan umat
islam yang ada di negara ini, saya sarankan datang di saat bulan ramadhan.
Dimana rumah-rumah tuhan yang diberi nama mesjid, pada ramai loh.
Selaku
orang yang terlahir dari rahim penganut agama moneteisme, saya tentunya merasa
senang dong dengan kehadiran bulan ini, dikarenakan amal pahala ibadah dilipat
gandakan, yang tentunya banyak orang yang tergiur dan pada berlomba-lomba
mengerjakan kebajikan, mengisi rumah-rumah tuhan, lantunan ayat suci al-Qur’an dan
lagu religius dilantunkan dan diperdengarkan dimana-mana. Apa lagi ada yang disebut
dengan malam lailatul Qadr (malam seribu bulan). Kalau tidak salah penjelasan mengenai
malam ini tercantum jelas dalam drama kosmik kitab suci al-Qur’an. Mau ditanya lagi
nih, nama suratnya apa? hmmm,,, dasar islam KTP, ngakunya Islam tulen, ngaji
aja masih gitu,
malu dong sama saya hehehe.
Dalam
bulan yang penuh berkah ini, hal yang paling saya sukai dan mungkin menjadi
perwakilan dari teman-teman adalah tersedianya beraneka ragam jenis makanan
yang dijajakan dipinggir jalan. Sekarang masih ada gak ya?
kan disuruh stay di rumah! ingat, jangan
nakal!!! Patuhi protokol pemerintah.
Tapi
seenak-enaknya makanan adalah masakan mamak di rumah, Mulai dari
pisang ijo, bubur kacang ijo, pallu butung, pisang peppe, jalang kote, burger,
pizza, krabby patty, es buah, cendolo. ehh jadi laparrr.... intinya udah kayak ala-ala
Master chef deh, tiap hari beda menu heheh. Mak, bentar menu pakbukanya apa
lagi??
Anjuran
tuk mengerjakan puasa pada bulan ramadhan, sudah menjadi syarat yang jelas dalam
rukun islam; Mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan solat, berpuasa pada
bulan ramadhan, menunaikan zakat,
dan naik haji bagi orang yang mampu. Haha, untung saja masih
ingat.
Saya pernah mendengarkan
sebuah ceramah, tauziah, pidato, entah apa namanya didalam sebuah chanel Tv
swasta, yang mengatakan puasa
bukan hanya sekedar menahan makan, minum dan hawa nafsu. Akan, tetapi lebih dari sekedar
itu. Berpuasa mengajarkan
kita arti dari sebuah cinta, kasih dan sayang terhadap sesama manusia, tidak ada manusia di atas
manusia lainnya, karena
pada saat itu kita semua dalam posisi yang setara, kaum bourjois maupun kaum
proletariat dalam kelas Marx, kaum kaya dan si miskin, wajib mengerjakan puasa!
lah, emang si miskin tetap diwajibkan berpuasa?
Menuntut
kesetaraan, tidak ada manusia dia atas manusia lainnya, agar si kaya bisa
merasakan apa yang dirasakan si miskin, menahan lapar yang dimulai sejak terbitnya
matahari hingga kembali terbenanam di ufuk barat. Lah, kalau memang esensi puasa yang dimaksudnya supaya si kaya dapat
merasakan derita si miskin, kan sifatnya cuman sementara! beduk berbunyi, menandakan
penderitaan menahan lapar seharian terbayarkan. Nah, tuk apa si miskin tetap diwajibkan
puasa? mau ngerasaiin apa yang dirasakan si miskin lainnya? kan dia udah miskin, sudah banyak
melewati hari-hari tanpa sesuap nasi didalam perut?
Berpuasalah
bagi orang yang mampu! Tuhan Maha Adil
lagi Maha Pengertian,
tak memberatkan hambanya dalam segala hal. Saya
mungkin termasuk dari salah satu "Berpuasalah bagi orang yang mampu"
itu, dan teman-teman mahasiswa
adalah sebagian kecil korban dari mantra ajaib tersebut. Untuk orang yang
sedang berada jauh yang namanya sebuah rumah, sering kami merasa sedih sendiri,
memikirkan, meratapi, dan merenungi tentang apa itu arti sebuah rumah. Ya,
sebuah tempat tuk kembali, tempat mecurahkan keluh kesah, kejamnya dunia kampus, kehidupan
yang biasa diselipi arti sebuah rasa dan cinta. Kok, malah curhat ya..
Bucok
sebuah kata yang diodopsi dari bahasa Makassar kuno yang berarti "Buka
cokko-cokko" yang bilamana diterjemahkan dalan bahasa Indonesia yang berarti "berbuka
secara sembunyi-sembunyi", yang sekarang
dijadikan sebagai istilah anak kekinian.
Sejarah kelahiran bucok
tidak terlepas dari mereka yang tak sanggup menahan banyak godaan. Siapapun engkau wahai tauladan
kami, saya sangat berterima kasih banyak, berkat engkau kami bisa menikmati puasa
ini tanpa merasakan kelaparan, terpujilah engkau.
Ajakan bucok selalu menghantui kami. Saya
satu dari sekian banyak orang yang tidak percaya bahwa setan beserta para sepupu-sepupunya
sedang dalam masa karantina. Buktinya masih banyak setan yang nyata berkeliaran
jam 12 siang keatas dengan ajakan bucoknya. Tentunya saya selaku orang yang
dikenal sebagai orang yang terbuka, tidak sombong, menerima saja dengan senang
hati ajakan setan nyata itu, heheh...
Puasa
dan tingkah laku harus selalu selaras dengan nilai kemanusiaan (hablumminallah wa hablumminannas), dalam
artian disamping orientasi kita ke yang diatas (Tuhan), kita juga menjaga
kerukunan dan keberlangsungan hidup kita sesama manusia. Ditengah pandemi saat ini, yang secara tak
kenal yang namanya waktu, keadaan dan kondisi, menghantam tubuh ibu pertiwi
tanpa kata ampun. Pembatasan ruang-ruang gerak diluar rumah, tak menyurutkan
semangat berbagi kebahagian kesesama manusia lainnya. Mari ciptakan senyum-senyum
kecil di wajah
mereka, dan selamat menanti waktu berbuka puasa.
Penulis : Sahrul Ramadan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar