Sabtu, 23 Mei 2020

BUCOK : DENGAN SEGALA KEARIFAN LOKALNYA

Sahrul Ramadan - Akuntansi 017

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum, agar kamu bertakwa" (Q.S Al-Baqarah: 183). Anjay, udah mirip ustad yang sering nongol di Tv aja.

Dari 12 nama bulan dalam kalender masehi, bulan Desember adalah bulan yang penuh makna dan sarat akan arti. Eh, itukan bulan waktu saya ditendang keluar dari rahim mamak saya, hahaha. Dalam tahun hijriah, bulan ramadhan adalah salah satu bulan yang banyak dinantikan oleh seluruh umat islam diseluruh pelosok di dunia, tak terkecuali negara ini. Euforia semangat menyambut ramadhan dirasakan seluruh kalangan, mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lansia. Semuanya sama-sama menyambut dengan penuh rasa suka cita. Ohhh iyaa, kalau mau lihat keadaan umat islam yang ada di negara ini, saya sarankan datang di saat bulan ramadhan. Dimana rumah-rumah tuhan yang diberi nama mesjid, pada ramai loh.

Selaku orang yang terlahir dari rahim penganut agama moneteisme, saya tentunya merasa senang dong dengan kehadiran bulan ini, dikarenakan amal pahala ibadah dilipat gandakan, yang tentunya banyak orang yang tergiur dan pada berlomba-lomba mengerjakan kebajikan, mengisi rumah-rumah tuhan, lantunan ayat suci al-Qur’an dan lagu religius dilantunkan dan diperdengarkan dimana-mana. Apa lagi ada yang disebut dengan malam lailatul Qadr (malam seribu bulan). Kalau tidak salah penjelasan mengenai malam ini tercantum jelas dalam drama kosmik kitab suci al-Quran. Mau ditanya lagi nih, nama suratnya apa? hmmm,,, dasar islam KTP, ngakunya Islam tulen, ngaji aja masih gitu, malu dong sama saya hehehe.

Dalam bulan yang penuh berkah ini, hal yang paling saya sukai dan mungkin menjadi perwakilan dari teman-teman adalah tersedianya beraneka ragam jenis makanan yang dijajakan dipinggir jalan. Sekarang masih ada gak ya? kan disuruh stay di rumah! ingat, jangan nakal!!! Patuhi protokol pemerintah.

Tapi seenak-enaknya makanan adalah masakan mamak di rumah, Mulai dari pisang ijo, bubur kacang ijo, pallu butung, pisang peppe, jalang kote, burger, pizza, krabby patty, es buah, cendolo. ehh jadi laparrr.... intinya udah kayak ala-ala Master chef deh, tiap hari beda menu heheh. Mak, bentar menu pakbukanya apa lagi??

Anjuran tuk mengerjakan puasa pada bulan ramadhan, sudah menjadi syarat yang jelas dalam rukun islam; Mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan solat, berpuasa pada bulan ramadhan, menunaikan zakat, dan naik haji bagi orang yang mampu. Haha, untung saja masih ingat.

Saya pernah mendengarkan sebuah ceramah, tauziah, pidato, entah apa namanya didalam sebuah chanel Tv swasta, yang mengatakan puasa bukan hanya sekedar menahan makan, minum dan hawa nafsu. Akan, tetapi lebih dari sekedar itu. Berpuasa mengajarkan kita arti dari sebuah cinta, kasih dan sayang terhadap sesama manusia, tidak ada manusia di atas manusia lainnya, karena pada saat itu kita semua dalam posisi yang setara, kaum bourjois maupun kaum proletariat dalam kelas Marx, kaum kaya dan si miskin, wajib mengerjakan puasa! lah, emang si miskin tetap diwajibkan berpuasa?

Menuntut kesetaraan, tidak ada manusia dia atas manusia lainnya, agar si kaya bisa merasakan apa yang dirasakan si miskin, menahan lapar yang dimulai sejak terbitnya matahari hingga kembali terbenanam di ufuk barat. Lah, kalau memang esensi  puasa yang dimaksudnya supaya si kaya dapat merasakan derita si miskin, kan sifatnya cuman sementara! beduk berbunyi, menandakan penderitaan menahan lapar seharian terbayarkan. Nah, tuk apa si miskin tetap diwajibkan puasa? mau ngerasaiin apa yang dirasakan si miskin lainnya? kan dia udah miskin, sudah banyak melewati hari-hari tanpa sesuap nasi didalam perut?

Berpuasalah bagi orang yang mampu! Tuhan Maha Adil lagi Maha Pengertian, tak memberatkan hambanya dalam segala hal. Saya mungkin termasuk dari salah satu "Berpuasalah bagi orang yang mampu" itu, dan teman-teman mahasiswa adalah sebagian kecil korban dari mantra ajaib tersebut. Untuk orang yang sedang berada jauh yang namanya sebuah rumah, sering kami merasa sedih sendiri, memikirkan, meratapi, dan merenungi tentang apa itu arti sebuah rumah. Ya, sebuah tempat tuk kembali, tempat mecurahkan keluh kesah, kejamnya dunia kampus, kehidupan yang biasa diselipi arti sebuah rasa dan cinta. Kok, malah curhat ya..

Bucok sebuah kata yang diodopsi dari bahasa Makassar kuno yang berarti "Buka cokko-cokko" yang bilamana diterjemahkan dalan bahasa Indonesia yang berarti "berbuka secara sembunyi-sembunyi", yang sekarang dijadikan sebagai istilah anak kekinian. Sejarah kelahiran bucok tidak terlepas dari mereka yang tak sanggup menahan banyak godaan. Siapapun engkau wahai tauladan kami, saya sangat berterima kasih banyak, berkat engkau kami bisa menikmati puasa ini tanpa merasakan kelaparan, terpujilah engkau.

Ajakan bucok selalu menghantui kami. Saya satu dari sekian banyak orang yang tidak percaya bahwa setan beserta para sepupu-sepupunya sedang dalam masa karantina. Buktinya masih banyak setan yang nyata berkeliaran jam 12 siang keatas dengan ajakan bucoknya. Tentunya saya selaku orang yang dikenal sebagai orang yang terbuka, tidak sombong, menerima saja dengan senang hati ajakan setan nyata itu, heheh...

Puasa dan tingkah laku harus selalu selaras dengan nilai kemanusiaan (hablumminallah wa hablumminannas), dalam artian disamping orientasi kita ke yang diatas (Tuhan), kita juga menjaga kerukunan dan keberlangsungan hidup kita sesama manusia.  Ditengah pandemi saat ini, yang secara tak kenal yang namanya waktu, keadaan dan kondisi, menghantam tubuh ibu pertiwi tanpa kata ampun. Pembatasan ruang-ruang gerak diluar rumah, tak menyurutkan semangat berbagi kebahagian kesesama manusia lainnya. Mari ciptakan senyum-senyum kecil di wajah mereka, dan selamat menanti waktu berbuka puasa.


Penulis : Sahrul Ramadan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARI INI GERIMIS

Hari ini tidak ada matahari Dari langit mulai turun gerombolan air  Memandang dari tirai jendela kamarku Mengamatinya… Ah, gerimis! Aku masi...