CARI NYAMAN, BUKAN CARI AMAN
Pada
tulisan ini saya akan membahas terkait beberapa hal yang tentunya merupakan
hasil refleksi dan pengamatan dari sudut pandang saya sendiri.
Berbicara
soal bodo amat dan rasa tidak enakan, tentunya kedua hal tersebut sangat
berpengaruh bukan dalam kehidupan setiap individu? Namun, sebelum membahas
keterkaitan kedua hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita harus
tahu terlebih dahulu apa itu “sikap bodo amat” dan “rasa tidak enakan” ?
Sikap
bodo amat biasanya identik dengan sikap yang cuek, menjengkelkan, tidak
pedulian terhadap suatu hal yang beberapa orang itu anggap sebagai hal yang
tidak penting bagi diri mereka. Kemudian untuk rasa tidak enakan itu
sendiri adalah suatu kondisi dimana ketika seseorang merasa sulit untuk
mengatakan kata “tidak” yakni bentuk penolakan dalam situasi tertentu.
Kedua
hal ini tentunya akan membuat orang-orang yang mengalaminya akan menjadi kurang
nyaman termasuk untuk diri saya sendiri jika tidak diporsikan dengan baik
sebagaimana mestinya. Bagaimana tidak jika beberapa hal dalam hidup ini harus
kita fikirkan dan tanggapi tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu, apakah hal
tersebut memang layak untuk kita tanggapi? Apakah hal tersebut akan berdampak
baik jika kita fikirkan? Dan apakah dalam setiap kondisi kita memang diharuskan
untuk selalu berkata “iya” meskipun sebenarnya hati meronta ronta untuk menolak
keadaan itu.
Rasa
tidak enakan itu muncul berawal dari rasa takut yang kita miliki dalam
menghadapi suatu konflik. Biasanya orang yang mengalaminya akan beranggapan
bahwa daripada terlibat dalam suatu masalah, lebih baik mengiyakan hal yang
orang lain minta kepada kita. Begitupun untuk sikap bodo amat yang acap kali
dianggap buruk oleh sebagian pandangan karena cenderung mendekati sikap
individualis yang dianggap hanya mementingkan diri sendiri. Namun pada
kenyataannya sikap ini juga memiliki sisi yang sebenarnya memiliki dampak yang
baik untuk diri seseorang.
Sisi
baik dari sikap bodo amat dan rasa tidak enakan itu muncul dan memahamkan diri
kita akan pentingnya self-love (mencintai diri sendiri). Dilansir Psychology
Today, mencintai diri sendiri bukan sebatas mengenakan pakaian terbaik, merawat
diri, atau mementingkan diri sendiri ketimbang orang lain.
Lebih
dari itu, self-love itu sendiri sebenarnya lebih melibatkan segala aspek yang
menyangkut persoalan diri kita sendiri dalam bentuk penghargaan, rasa percaya
pada diri sendiri serta bentuk kepedulian kita terhadap diri sndiri. Jika salah
satu dari aspek tersebut luput, berarti self-love belum sepenuhnya terlaksana.
Dalam
kehidupan sehari hari tentunya kita selalu diperhadapkan oleh berbagai polemik
yang terkadang dapat memberikan tekanan untuk diri kita sendiri. Misalnya dalam
hubungan sosial, tentunya tidak semua orang menyukai atau bahkan mendukung
segala hal yang kita lakukan. Beberapa orang mungkin akan mengkritik bahkan
mencibir hal tersebut.
Dengan
adanya sikap bodo amat ini patutnya membuat kita lebih pandai dalam memanage
setiap kondisi yang tengah kita hadapi. Dalam hal ini kita memiliki kebebasan
untuk tetap memberikan pandangan baik ataupun buruk terhadap setiap hal yang
kita lakukan. Cibiran maupun kritikan tersebut bukanlah hal yang seharusnya
kita jadikan sebagai alat untuk membuat kita menjadi tidak nyaman dengan apa
yang tengah kita lakukan, justru menjadi motivasi dan acuan untuk terus
berkembang menjadi lebih baik.
Sama
halnya dengan rasa tidak enakan, dalam kehidupan sehari haripun acap kali kita
diperhadapkan dengan hal demikian. Misalnya kita mengalami suatu kondisi dimana
dalam lingkungan pergaulan kita diharuskan untuk mengikuti trend atau style
yang dijadikan patokan oleh teman-teman, kemudian untuk mengadapi kondisi
tersebut seharusnya kita juga memiliki kebebasan untuk memilih. Tidak
selalu untuk memaksakan diri mengatakan hal yang bertentangan dengan kenyataan
dan selalu terperangkap dalam kondisi yang diri kita sendiripun sebernarnya
sangat menentang akan hal itu.
Dari
beberapa kondisi yang sempat saya gambarkan, kemudian dapat saya tarik
kesimpulan bahwa sebenarnya dalam menjalani kehidupan ini kita memang selalu
mengharapkan bahwa hal yang akan dihadapi dikemudian hari itu akan selalu
berjalan baik-baik saja dan sesuai dengan ekspektasi. Namun pada kenyataannya
hidup tak selalu berpihak pada kita, begitupun untuk setiap aspek yang ada di
dalamnya.
Selain
memiliki dampak yang buruk, sikap bodo amat dan rasa tidak enakan tentunya juga
memiliki dampak yang baik untuk tiap orang yang mengalaminya. Dimana mereka
lebih mampu untuk memberikan ketenangan pada dirinya dengan tidak mencemaskan
dan memikirkan segala sesuatu secara berlebihan. Mereka juga dapat lebih
menghargai diri sendiri dengan menyelaraskan apa yang mereka rasakan dengan
tindakan yang akan mereka lakukan.
Jadi
disini kita diharuskan untuk mampu menempatkan sebaik mungkin setiap hal sesuai
dengan porsi dan penempatannya. Tidak kurang maupun berlebih. Tetap menekankan
konsep self-love dalam diri sendiri namun tidak pula menggugurkan kewajiban
kita sebagai makhluk sosial.
Artinya sebagai makhluk sosial, kita harus mampu menempatkan sikap bodo amat dan tidak enakan itu pada posisi yang tepat, karena menjalani kehidupan ini tidak selamanya untuk selalu membuat orang lain terkesan, membuat semua orang nyaman dan suka dengan apa yang kita lakukan. Dunia tak selamanya mengharuskan kita untuk membuat setiap orang yang ada didalamnya menjadi takjub dan puas dengan apa yang kita persembahkan kepada mereka. Terkadang salah dalam menempatkan pilihan dalam hidup pun juga memiliki dampak yang baik untuk diri kita sendiri jika kita bijak dalam menyikapinya dan menganggapnya sebagai bahan dalam pengevaluasian diri.
Lebih tepatnya, kebebasan dalam bersikap adalah hak yang harus dimiliki oleh setiap orang. Tentunya saya tekankan kembali bahwa sesuai porsi dan penempatan yang tepat. Cari nyaman dan bukan cari aman. Tentukan pilihan apa yang membuat diri kita menjadi nyaman sehingga rasa aman itu ada.
Penulis : Andi Tenriawaru A. Kahrir