Sabtu, 06 Juni 2020

RASISME


RASISME;  Putih Ajaib, Hitam Eksotis.

Sahrul Ramadan - Akuntansi 017


Setiap warna memiliki makna, baik itu dalam lingkup keagamaan, sosial, dan budaya. Warna dapat kita artikan sebagai sesuatu yang dapat mempengaruhi kelakuan ataupaun segala luapan emosi seseorang.

Dalam konteks keagamaan warna seringkali diaplikasikan dengan simbolis. Dalam islam sendiri, warna putih dan hitam adalah dua hal yang saling bertolak belakang. Putih acap kali dikaitkan dengan sesuatu yang baik, murni, dan suci. Berbeda dengan halnya hitam yang sering kali dikaitkan ataupun dipandang dengan sesuatu yang buruk, gelap, dan sesuatu yang memiliki stigma negatif. Hukum warna dalam islam itu sendiri bersifat mubah alias netral.

Dari kecil bahkan hingga saat ini stasiun TV swasta sering kali memperlihatkan ataupun memampilkan sebuah drama, yang dimana terdiri dari dua buah tokoh yang berperan penting yakni pratagonis dan antagonis atau si putih dan si hitam yang selalu memiliki sifat oposisi. Mereka sering kali berkonflik baik secara fisik maupun secara psikis. Dari sinilah masyarakat secara tidak sadar terkonstruk paradigma mereka tentang adanya kelas si penindas dan si tertindas.

Perbedaan warna sering kali terjadi, dan bahkan menjadi sebuah permasalahan dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Adanya perbedaan kelas atas dan kelas bawah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat biasayan identik dengan warna. Ya, lagi-lagi rasisme permasalahannya.

Rasisme secara singkat dapat kita artikan sebagai sebuah paham yang menyatakan bahwa satu ras lebih tinggi dengan ras lainnya. Rasisme bagaikan sebuah penyakit kanker yang terus menjalari peradaban umat manusia. Dalam lingkungan masyarakat rasisme sering tampil sebagai bentuk kebencian terhadap orang lain, karna memiliki perbedaan warna kulit, bahasa dan budaya. Pelaku rasisme bukan hanya memperlihatkan kebenciannya dalam bentuk fisik melainkan secara lisan yang dapat menjatuhkan korbannya dari segi fisik maupun mental. Akibatnya,  Rasisme sering menjadi bahan bakar terciptanya perang, konflik berdarah, pembantaian, perbudakan dan lebih parahnya lagi tak dianggap sebagai manusia.

Memiliki wajah yang cantik dan ganteng, berkulit putih mulus adalah dambaan umum tiap perempuan dan laki-laki. Banyak diantara kita yang tidak segan melakukan segala cara dan upaya untuk bisa masuk dalam ketagori cantik dan ganteng agar bisa berkamuflase dilingkungan sosial.

Adanya standarisasi, atau tatanan sistem yang dibuat oleh masyarakat memaksa tiap orang mengeluarkan uang lebih hanya untuk mendapatkan pengakuan dari khalayak banyak. " Kok kamu cantik/ganteng banget sih, kamu beda ya?, yang dulunya butek, keruh, hitam legam sekrang terlihat bercerah". Siapa sangka, hanya dengan mengandalkan beberapa kata dengan tambahan garam dapat membuat wajah seseorang menjadi merah tersipu malu, senang bahkan bangga dengan hasil pencapaiannya.

Media memiliki peran penting untuk mendukung sistem yang telah lama mendarah daging dalam tatanan sosial masyarakat. Media pertelevisian menjadi media pilihan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia, yang rata-rata menghabiskan waktu 4,5 jam setiap harinya untuk menonton televisi, dan hampir semua rumah tangga kelas menengah mempunyai televisi.

Program televisi paling diminati oleh rumah tangga kelas menengah di Indonesia yang biasa ditonton setiap harinya, adalah olahraga, disusul dengan seri drama dan jenis-jenis program hiburan lainnya, dan disetiap serial yang kita ikuti terdapat sela-sela iklan didalamnya, yang rata-rata memiliki durasi 10-15 menit perharinya. Lagi-lagi iklan yang dimaksudkan disini tentunya tidak serta merta bersifat edukasi,  melainkan hanya bersifat sebagai pemuas hasrat semata.

Produk pemutih kulit dan pelurus rambut adalah salah satu produk yang paling dominan ditampilkan,  dengan mengandalakan orang yang cukup familiar dikalangan masyarakat,  seperti mbak Anggun dan Maudy Ayunda, yang memang memilki background paras rupa yang cantik, berkulit putih mulus, dan berambut nan lurus. Akan tetapi,  apakah produk diatas akan berlaku juga dengan orang-orang yang memilki gen berkulit hitam dan berambut kriting yang bahkan menjadi ciri khas dari sebuah keluarga, kelompok, ataupun ras yang berbeda? Nyatanya, kapitalisme tidak akan pernah berjalan ketika anda tidak memiliki Rasisme.

Definisi cantik dan genteng yang berlaku di sebuah wilayah atau negara ini, tentunya tidak berlaku dibeberapa negara lainnya. Cantiknya orang suku Apatani (India), tak sama dengan cantiknya wanita suku Mursi (Ethiopia), sama halnya dengan suku Dayak (Kalimantan), yang tak sama dengan standarisasi daerah-daerah lainnya di Indonesia. Cantik tak selamanya identik dengan warna putih, berwajah mulus, berambut lurus, tinggi,  mancung. Cobalah kita berkiblat pemenang Miss Universe 2019, Zozibini Tonsi (Afrika Selatan), yang mewarisi kulit hitam. Zozibini Tonsi berhasil mengalahkan 90 peserta delegasi tiap negara lainnya, seperti Madison Anderson (Puerto Riko),  dan Sofia Aragon (Meksiko), yang hanya menempati posisi kedua dan ketiga. Dimana dia mewarisi kulit putih, tinggi, dan hidung mancung.

Rasisme, perbedaan warna kulit,  budaya, bahkan keyakinan sudah menjadi virus didalam tubuh masyarakat,  yang siap menular ketubuh yang satu dengan tubuh lainnya, tak kenal siapa orangnya dan bisa saja kalian adalah korban ataupun malah menjadi pelaku.

Beberapa hari yang lalu, dunia digemparkan dan berduka atas meninggalnya George Floyd keturunan Afrika-Amerika yang meregang nyawa diatas lutut seorang polisi dan menjadi korban atas kejamnya rasisme. Selain di Amerika, meninggalnya Floyd memicu protes dibeberapa negara bagian seperti, Jerman, Italia, Kanada dan negara lainnya.

Kasus atas meninggal Goerge Floyd adalah satu dari sekian banyaknya kasus rasisme yang ada didunia. Sama halnya dengan kasus diskriminasi yang didapatkan oleh orang berkulit hitam dari Afrika di China yang mengakibatkan pengusiran warga china dari beberapa negara di Afrika sebagai bentuk balasan, atau kasus politik apartheid yang rasis di Afrika Selatan, dimana tatkala kulit putih eropa berkuasa, maka selama berpuluh puluh tahun warga berkukit hitam menjadi warga negara kelas dua dan bahkan terpinggirkan, yang pada akhirnya melahirkan balasan yang sama tatkala warga negara berkukit hitam berkuasa dibawah naungan Nelson Mandela. Atau bagaimana kasus Rasisme dan diskriminasi yang didapatkan orang papua dibeberapa daerah diIndonesia, yang dihakimi,  dihujati dengan kata-kata makian dan cacian, dikepung dan bahkan diancam sebagai teroris bersenjata. Kulit hitam berambut keriting kalian usir dirumah sendiri, dan diasingkan seakan akan dianggap aib didalam tatanan masyarakat. Sedangkan sumber daya alam mereka kalian kerot untuk menghidupi jawa dan sekitarnya,  pendidikan mereka dibatasi agar mereka tetap diam terborgol dalam kebodohan.

Berapa banyak pelanggaran rasis tanpa ada solusi tuntas? Begitulah ketidakadilan, yang kadang melahirkan pembalasan dan ketidakadilan yang baru, jangan adalagi ketidakadilan yang di pertontonkan dan sisakan sedikit toleransi untuk kemanusiaan. Sudah saatnya kita mengakhiri semua itu, karna kita semua sama yang tak memilki kuasa untuk meminta ke Tuhan dilahirkan dengan warna kulit seperti apa, dari rahim siapa dan dalam keadaan kondisi seperti apa.


Penulis : Sahrul Ramadan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARI INI GERIMIS

Hari ini tidak ada matahari Dari langit mulai turun gerombolan air  Memandang dari tirai jendela kamarku Mengamatinya… Ah, gerimis! Aku masi...