Rabu, 02 Juni 2021

OPINI : PERCANTIK DIRI ATAU BUMI? MAU PILIH YANG MANA?

 

Taufiiqurrahman Yunus, Mahasiswa Antropologi Sosial, Angkatan 2018 Universitas Hasanuddin

Berbicara mengenai lingkungan sama saja berbicara mengenai kehidupan, lingkungan merupakan suatu bagian yang tidak pernah lepas dalam kehidupan. Selama saya duduk dibangku pendidikan, ada dua masalah yang akan selalu saya dengar yang terjadi di Negara ini, yang pertama adalah mengenai masalah Kemiskinan dan yang kedua mengenai masalah korupsi. walaupun dua masalah ini menjadi masalah besar bagi Negara kita, masalah ini tidak menjadi persoalan di pikiran saya, hal ini terjadi sampai saya melihat masalah lainnya yang membuat saya merasa khawatir yaitu “Lingkungan” . Masalah ini baru saya pahami ketika saya mendapatkan status sebagai Mahasiswa. Awalnya saya sangat mencintai Geografi sejak dulu, maka tidak salah jika saya sedikit sensitif jika mendengar suatu masalah terhadap lingkungan karena saya mengetahui sedikit dampak yang di hasilkan. Namun kecintaan saya berubah setelah menonton salah satu film dokumenter karya Leonardo Dicaprio yang berjudul “Before The Flood”, kecintaan saya berubah menjadi rasa takut yang benar-benar mendalam, film ini menyajikan berbagai kerusakan di penjuru dunia yang disebabkan oleh ulah dari manusia. Seperti mulai dari rusaknya Hutan, Mencairnya es di Kutub, Pemanasan Global, dan masih banyak lagi masalah-masalah yang memberikan saya gambaran betapa krisisnya kondisi bumi kita.

Saya masih tidak memahami mengapa isu lingkungan masih sangat kurang di bicarakan dibanyaknya Negara di Dunia terkhusus di Negara kita Indonesia. Kita baru akan bergerak dan terbangun ketika ada Hutan yang selama ini hidup berdampingan dengan masyarakat adat dirampas oleh pemerintah untuk kepentingan industri. Hal itu tidak salah, saya tidak menyalahkan tindakan itu, memang harusnya seperti itu, yang saya mau pertanyakan adalah, mengapa kita tidak menyadari bahwa masalah kita bukan hanya disitu, sampai saat ini sudah terlalu banyak perubahan yang terjadi di Bumi kita, terlalu banyak kejahatan yang terjadi di lingkungan kita, ini bukan persoalan siapa yang berulah maka dia yang terdampak, tapi ini mengenai dampak bagi seluruh manusia. Harus kita ketahui bahwa Negara China dan Amerika menjadi dua Negara penyumbang terbesar emisi di Dunia, polusi kendaran, kegiatan tambang dan industri menjadi faktor utama penyebab emisi yang ditimbulkan oleh dua negara industri ini. Namun saya tidak mau membahas itu terlalu jauh. Saya hanya ingin berbicara mengenai Indonesia, apa yang terjadi, dan apa yang seharusnya yang kita lakukan.

Salah satu masalah terbesar yang terjadi di dunia adalah hutan. Eksploitasi untuk kepentingan industri menjadi suatu ibarat hama bagi hutan-hutan yang ada di Dunia. Padahal kita tahu bersama bahwa hutan merupakan paru-paru dunia, sebagai seorang manusia kita juga memiliki paru-paru, pertanyaannya, bisakah kita hidup tanpa paru-paru? Saya rasa hal ini juga sama dengan hutan, bisakah kita hidup tanpanya? Apakah bisa?, saya rasa semua orang berkata tidak atas jawaban dari pertanyaan itu. Namun, semuanya berubah saat ekonomi kapitalis datang dan berusaha mewujudkan sebesar-besarnya keuntungan dengan mengorbankan kestabilan ekosistem, kita menganggap bahwa mengganti hutan dengan sawit merupakan keuntungan terbesar karena dengan sawit kita dapat menghasilkan uang, sedangkan hutan tidak demikian. Keuntungan membuat Negara dapat hidup dengan uang yang melimpah sehingga terlena dan akhirnya lupa bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah hutan itu sendiri. Rusaknya hutan, menyebabkan matinya spesies-spesies yang kini bahkan menuju kepunahan yang tentunya berdampak pada rantai makanan dan akhirnya kembali kepada manusia tentang apa yang seharusnya kita makan.

            Indonesia merupakan Negara dengan industri kelapa sawit terbesar di Dunia, sampai saat ini masih menjadi yang terluas di dunia, hal ini menjadikan fakta bahwa 80% hutan hujan di Indonesia kini berubah menjadi industri kelapa sawit. Perluasan yang terjadi tentu tidak terlepas dari permintaan akan barang yang di butuhkan. Semakin banyak permintaan atas sawit maka semakin banyak pula hutan yang kita korbankan. Sawit akan diolah dan akan berubah menjadi makanan cemilan kita, bahan kosmetik, detergen pembersih dan masih banyak lagi. Permintaan akan barang akan mendorong produsen memproduksi lebih banyak lagi untuk memuaskan konsumennya. Masker wajah, lipstik menjadi dua dari banyaknya produk yang dihasilkan oleh kelapa sawit, sampai saat ini ada begitu banyak jenis masker wajah yang bermunculan di media kita mengenai kegunaan dalam memutihkan kulit, membersihkan sel kulit mati dan masih banyak lagi. Jika kita kembali pada lima tahun kemarin, produk-produk ini masih belum menjadi suatu hal yang banyak dikenali orang masyarakat. Tapi saat ini, produk-produk yang saya sebutkan tadi saat ini menjadi suatu hal yang wajib dimiliki oleh setiap individu yang ada di dunia ini.

            Permintaan yang ada kini semakin menjadi-jadi, konsumen benar-benar menjadi Tuhan bagi kaum-kaum yang rakus, yang dengan mudahnya menggerakkan konsumennya agar memiliki ketergantungan terhadap produk tersebut sehingga keuntungan akan semakin besar dan semakin besar. Melalui masalah ini, terkadang konsumen menjadi sasaran atas kerusakan yang ada, tapi menurut saya konsumen hanyalah seekor sapi kurban, yang diberi makan banyak untuk dipotong dikeesokan harinya. Konsumen hanyalah jutaan ekor domba yang di gembalai oleh orang-orang rakus. Itulah yang saya sadari. Saya tidak tahu bagaimana sistem mempengaruhi konsumen atas pentingnya memakai produk-produk itu, saya merasa ini hanya sebuah konstruksi yang dibangun agar dapat menguntungkan orang-orang rakus itu. mereka tidak memperdulikan apapun selain laba. Tidak perlu hutan untuk hidup, dengan uanglah kita hidup. Saya saat ini sadar, bahwa peryataan itu benar, karena dengan uanglah kita akan membayar kerusakan atas bencana yang ada, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrem, perang iklim dan masih banyak lagi bentuk Investasi yang dilakukan hanya untuk membayar kerusakan dimasa mendatang atau bahkan berinvestasi pada kematian.

            “Percantik Diri Atau Bumi” adalah suatu pilihan yang menjadi suatu topik yang saya berikan pada tulisan ini. Apa yang terjadi selama ini adalah kesenjangan yang terjadi terkait dengan kepentingan pribadi, Apa yang kita konsumsi berdampak terhadap produksinya, dari mana asalnya, dan apa yang telah dikorbankan. Semuanya sudah terlahir indah, baik itu Bumi maupun diri kita sendiri, yang harus kita lakukan hanyalah menjaga, tidak perlu memperindah. Kita saat ini berfikir untuk memperindah karena sistem yang mengarahkan kita untuk menyepakati bahwa kita belum indah, kita baru bisa dikatakan indah sesuai dengan kepentingan dan kemauan dari sistem itu. Saya tidak menyebut diri saya aktivis lingkungan dan sebagainya, saya hanya takut mati. Bukan takut karena ajal itu sendiri, tapi karena saya takut apabila saya mati karena ulah dari diri saya sendiri. Apa yang terjadi saat ini akan berjalan terus menerus tanpa kita sadari. Terlepas dari semua keutungan atas hasil keindahan, atau keuntungan dari Industri  ini, jika kalian merasa bahwa anda lebih indah ketahuilah bahwa kalian sudah terlahir indah, dan seberapa besar kerusakan BUMI atas keuntungan yang didapat, tidak ada BUMI lain yang dapat kita beli atas keuntungan itu. Hanya satu BUMI untuk semua penghuni, maka dari itu mari kita Jaga.

Penulis : Taufiiqurrahman Yunus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARI INI GERIMIS

Hari ini tidak ada matahari Dari langit mulai turun gerombolan air  Memandang dari tirai jendela kamarku Mengamatinya… Ah, gerimis! Aku masi...