Minggu, 09 Agustus 2020

Puisi : Bertani rindu diladang semu

 

BERTANI RINDU DI LADANG SEMU


saat awan sungkan menampakkan rembulan,

ada tangis bersembunyi di pekatnya malam

riuh tahlil kian menyiratkan kesunyian,

Memaksa kisah segera dikhatamkan

 

Jari bergetar tubuh gemetar

hening berkoar angin menampar

pelayat bergilir memadati selasar

menepuki Pundak memaksaku tegar

 

Tahan sebentar.. 

Izinkan waktu memulihkan tubuh yang gemetar

Menyisih dari ramai, menyusuri jenggala memori

Menatap kejamnya hujan meninggalkan awan

Menjatuhkan rintik membasahi rerumputan

 

Biarlah..

Biarlah azalea liar merambat

Menebar sabar mengenalkan 

bahasa ikhlas yang amat hangat

Hembusan lembut mengusik khayalku, 

mengusir bayangmu

Oh kejamnya rindu di ladang semu

 

Jika Bertani rindu yang berharap temu, 

ini bukan ladangmu!

Kawanku telah nyenyak 

dalam peniduran akhir yang sudah tentu

Pijakan tak lagi kokoh dengan raga lesu 

dan tatap ambigu

Senyum tak lagi kuasa menirai 

perihnya sayatan sembilu

Tak siap dengan belantara rindu 

yang enggan beranjak dari kalbu

 

Aku tahu ….

tak pantas pilu mengiring ragamu yang riang

Bait rindu selalu kuselipkan

Di kafilah doa yang terus kulangitkan

Bentala kan menyambutmu 

diperutnya yang lapang

Selamat jalan kawan.. dariku yang ditinggalkan


Karya : Indah, Sulawesi Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARI INI GERIMIS

Hari ini tidak ada matahari Dari langit mulai turun gerombolan air  Memandang dari tirai jendela kamarku Mengamatinya… Ah, gerimis! Aku masi...