Rabu, 13 Mei 2020

KETANGGUHAN KARAKTER YANG BELUM TERCAPAI, KATANYA!

KETANGGUHAN KARAKTER YANG BELUM TERCAPAI, KATANYA!

Syamsul Rijal - Akuntansi 018

“Sebenarnya ketangguhan karakter itu belum tercapai” ucap Prof. Hamdan Juhanis, selaku Rektor UINAM. Tulisan ini dimulai dengan mengutip perkataan dari Rektor UINAM dalam live forum dosen Makassar dilansir oleh tribun timur yang menuai banyak kontroversi. Berbeda dengan statement salah satu Dekan FTI UMI yang justru berpihak kepada mahasiswa dalam forum tersebut, meminta kebijakan radikal untuk menggratiskan atau mendiskonkan SPP  mahasiswa dan menghentikan kuliah online, namun dikatakan provokator oleh salah satu Rektor Perguruan Tinggi yang ada di kota Makassar.

Kemudian kita ketahui bersama, bahwasanya kondisi saat ini sangat dilematik akibat kehadiran virus corona yang menggegerkan seluruh dunia. Corona itu sendiri yakni virus jenis baru dari coronavirus yang menular antar manusia. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara. Termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.

Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), serta himbauan untuk tetap di rumah saja guna menekan penyebaran virus ini. Hal ini tentunya berdampak pada dunia pendidikan. Sekolah dan Perguruan Tinggi terpaksa melakukan proses belajar mengajar Dalam Jaringan (daring) di rumah masing-masing atau sekarang kita kenal dengan istilah Kuliah Online.

Pada tanggal 6 April 2020, Kemenag RI mengeluarkan surat edaran tentang pengurangan SPP/UKT PTKIN akibat pandemi Covid-19. Namun pada tanggal 20 April, Kemenag RI kembali mengeluarkan surat edaran tentang pembatalan pengurangan SPP/UKT PTKIN. Kabar ini memberikan kekecewaan yang besar terhadap mahasiswa, yang pada awalnya sangat menanti hasil keputusan tersebut, namun akhirnya yang muncul hanyalah surat pembatalan keputusan yang dikeluarkan kemenag. Tentu saja mahasiswa merasa marah, kesal, dan muak. Tapi tak dapat dipungkiri ada saja yang bersikap pasrah dengan keadaan ini, sialnya ada juga yang berpikir "ah bodo amat itu urusan mereka".

Dalam menyikapi hal tersebut, mahasiswa beramai-ramai membuat propaganda media penolakan membayar UKT/BKT untuk semester selanjutnya. Dengan harapan UKT semester selanjutnya dapat digratiskan. Tuntutan itu beranjak dari berkurangnya pendapatan ekonomi orang tua mahasiswa, terlebih lagi sejak diberlakukannya PSBB. Apalagi orang tua mahasiswa yang bekerja hanya sebagai petani dan para orang tua yang di PHK akibat pandemi COVID-19.

Namun yang namanya birokrasi ya tetap saja birokrasi, monster otoriter yang lagi-lagi tidak pro terhadap mahasiswa (mungkin sebagian saja). Seperti pernyataan yang disampaikan Rektor UIN Alauddin Makassar dalam live forum dosen makassar mengatakan "dengan menuntut penurunan spp, menuntut kuota, itu membuktikan bahwa sebenarnya ketangguhan karakter itu belum tercapai". Lagi-lagi ini membuktikan bahwa nalar kritis seorang mahasiswa terus dibungkam. Lalu ketangguhan seperti apa yang dimaksud? Apa hanya dengan mengejar nilai A, IPK 4.0 dan selesai tepat waktu? Atau sebaliknya dengan memperjuangkan hak mahasiswa dapat dicap ketangguhan karakternya belum tercapai? Padahal realitanya mahasiswa membayar SPP tapi tidak menikmati fasilitas kampus adalah hal yang layak dipertanyakan!

Terlebih lagi, baru-baru ini kita digegerkan dengan peristiwa meninggalnya salah seorang mahasiswa asal Sinjai. Mahasiswa di salah satu kampus negeri di kota Makassar yang terjatuh dari lantai 2 masjid akibat mencari sinyal demi tugas kuliah online. Sebab di kampungnya sangat sulit didapatkan jaringan internet seluler. Kejadian tersebut menuai banyak pro kontra keefektifan terhadap kuliah online.

Dari semua problem serta tuntutan yang hadir, lalu ketangguhan mahasiswa semacam apa lagi yang bapak rektor inginkan? Apakah bapak merindukan kehadiran teriakan lantang mahasiswamu ini? (yang tidak kau gubris sama sekali).

Namun saat ini semoga apa yang kita perjuangkan tidak sia-sia. Semoga apa yang dituntut oleh mahasiswa dapat dipertimbangkan oleh para birokrasi, dan semoga kalimat "usaha tidak akan mengkhianati hasil" tidak hanya sekedar menjadi jargon saja.

Dan untuk teman-teman mahasiswa yang masih enggan bergabung dalam barisan perjuangan. Jangan hanya menjadi mahasiswa apatis yang menonton sejarah dan menikmati hasil dari perjuangan saudaramu, tapi jadilah mahasiswa yang terlibat dalam perjuangan.

Penulis   : Syamsul Rijal
Editor    : A. Nadiyah Khaerani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARI INI GERIMIS

Hari ini tidak ada matahari Dari langit mulai turun gerombolan air  Memandang dari tirai jendela kamarku Mengamatinya… Ah, gerimis! Aku masi...